Saturday, April 21, 2012

Outline


Outline menurut bahasa adalah kerangka, regangan, garis besar, atau guratan. Jadi, Outline merupakan rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan digarap dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur.
Kerangka karangan merupakan rencana penulisan yang terdiri dari pokok-pokok pikiran dari suatu karangan yang akan ditulis, dan merupakan rangkaian gagasan yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur. Biasanya kerangka karangan terdiri dari bagian pendahuluan, isi, dan penutup. Pada bagian pendahuluan, dirumuskan secara ringkas latar belakang pentingnya suatu tema dibahas. Bagian isi memuat point-point pokok pikiran yang akan ditulis, sedangkan pada bagian penutup berisi kesimpulan dan atau saran-saran.

Tujuan dari pembuatan kerangka karangan yaitu:
1.      Agar karangan tidak menyimpang dari tema yang telah ditentukan.
2.      Agar pokok pikiran-pokok pikiran tersusun secara rapi dan teratur.
3.      Agar tidak ada pokok pikiran yang kontradiktif dalam karangan.
4.      Memudahkan penulis untuk mencari materi pembantu.

Manfaat Outline (Kerangka Karangan)
1.    Untuk menjamin penulisan bersifat konseptual, menyeluruh, dan terarah.
Dengan menggunakan kerangka karangan, penulis memisahkan karangannya menjadi bagian-bagian berdasarkan konsep yang telah tersusun secara keseluruhan dan memiliki hubungan di setiap bagiannya. Bila kerangka karangan telah rapi tersusun, berarti separuh karangan sudah selesai karena semua ide sudah dikumpul, dirinci dan diruntun dengan teratur. Pengarang tinggal menyusun kalimat-kalimatnya saja untuk menyembunyikan ide.
2.    Untuk menyusun karangan secara teratur.
Kerangka karangan membantu penulis untuk melihat gagasan-gagasan dalam sekilas pandang, sehingga dapat dipastikan apakah susunan dan hubungan timbal-balik antara gagasan-gagasan itu sudah tepat, apakah gagasan-gagasan itu sudah disajikan dengan baik, harmonis dalam perimbangannya.
3.    Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda.
Setiap tulisan dikembangkan menuju ke satu klimaks tertentu. Namun sebelum mencapai klimaks dari seluruh karangan itu, terdapat sejumlah bagian yang berbeda-beda kepentingannya terhadap klimaks utama tadi. Tiap bagian juga mempunyai klimaks tersendiri dalam bagiannya. Supaya pembaca dapat terpikat secara terus menerus menuju kepada klimaks utama, maka susunan bagian-bagian harus diatur pula sekian macam sehingga tercapai klimaks yang berbeda-beda yang dapat memikat perhatian pembaca.
4.    Menghindari penggarapan topik dua kali atau lebih.
Ada kemungkinan suatu bagian perlu dibicarakan dua kali atau lebih, sesuai kebutuhan tiap bagian dari karangan itu. Namun penggarapan suatu topik sampai dua kali atau lebih tidak perlu, karena hal itu hanya akan membawa efek yang tidak menguntungkan; misalnya, bila penulis tidak sadar betul maka pendapatnya mengenai topik yang sama pada bagian terdahulu berbeda dengan yang diutarakan pada bagian kemudian, atau bahkan bertentangan satu sama lain. Hal yang demikian ini tidak dapat diterima. Di pihak lain menggarap suatu topik lebih dari satu kali hanya membuang waktu, tenaga, dan materi. Kalau memang tidak dapat dihindari maka penulis harus menetapkan pada bagian mana topik tadi akan diuraikan, sedangkan di bagian lain cukup dengan menunjuk kepada bagian tadi.
5.    Memudahkan penulis mencari materi pembantu.
Dengan mempergunakan rincian-rincian dalam kerangka karangan penulis akan dengan mudah mencari data-data atau fakta-fakta untuk memperjelas atau membuktikan pendapatnya. Atau data dan fakta yang telah dikumpulkan itu akan dipergunakan di bagian mana dalam karangannya itu.
Bila seorang pembaca kelak menghadapi karangan yang telah siap, ia dapat menyusutkan kembali kepada kerangka karangan yang hakekatnya sama dengan apa yang telah dibuat penggarapnya. Dengan penyusutan ini pembaca akan melihat wujud, gagasan, struktur, serta nilai umum dari karangan itu. Kerangka karangan merupakan miniatur atau prototipe dari sebuah karangan. Dalam bentuk miniatur ini karangan tersebut dapat diteliti, dianalisis, dan dipertimbangkan secara menyelurih, bukan secara terlepas-lepas.
Bentuk Kerangka Karangan
·           Berdasarkan sifat rinciannya:
1.    Kerangka Karangan Non-Formal
Terdiri atas dua tingkat, dengan alasan:
a.    Topiknya tidak kompleks
b.   Akan segera digarap
2.    Kerangka Karangan Formal
Terdiri atas tiga tingkat, dengan alasan:
a.    Topiknya sangat kompleks
b.   Topiknya sederhana, tetapi tidak segera digarap
Cara kerjanya:
Rumuskan tema berupa tesis, kemudian pecah-pecah menjadi sub-ordinasi yang dikembangkan untuk menjelaskan gagasan utama. Tiap sub-ordinasi dapat dirinci lebih lanjut. Tesis yang dirinci minimal tiga tingkat sudah dapat disebut Kerangka Karangan Formal.
·         Berdasarkan perumusan teksnya:
1.    Kerangka Topik
Kerangka topik terdiri atas kata, frasa dan klausa yang ditandai dengan kode yang sudah lazim untuk menyatakan hubungan antar gagasan. Tanda baca akhir (titik) tidak diperlukan karena kalimat lengkap tidak dipakai dalam kerangka topik.
2.    Kerangka Kalimat
Kerangka kalimat lebih bersifat resmi dan unsur-unsurnya tampil berupa kalimat lengkap. Pemakaian kalimat lengkap menunjukkan diperlukan pemikiran yang lebih luas dan lebih rinci dari kerangka topik. Tanda baca titik harus dipakai pada akhir setiap kalimat untuk menuliskan judul bab dan subbab. Kerangka kalimat banyak dipakai pada proses awal penyusunan outline.
3. Gabungan antara Kerangka Kalimat dan Kerangka Topik
Bila outline telah selesai, kerangka kalimat itu dapat dipadatkan menjadi kerangka topik demi kepraktisan. Jadi, kerangka dapat saja berbentuk gabungan kerangka kalimat dan kerangka topik. Walaupun pemakaian kerangka topik lebih dominan, tidaklah dipantangkan untuk dicampur dengan kerangka kalimat meski hanya untuk penulisan judul-judul bab.

No comments:

Post a Comment