“Dan Ketahuilah, bahwa hartamu dan
anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya disisi Allah-lah
pahala yang besar.” ( QS. Al-Anfal : 28 ).
Manusia selalu dihadapkan berbagai
keadaan, senang dan susah menjadi bagian dari dinamika kehidupan, berhasil
ataupun gagal sudah lumrah terjadi, jarang sekali manusia yang selalu beruntung
sepanjang hidupnya, begitu juga swulit ditemukan manusia yang selalu bernasib
malang sejak dilahirkan sampai datang ajalnya. Jarang manusia yang selalu
bergembira dan tidak pernah merasa sedih, demikian juga tidak ada manusia dalam
hidupnya selalu bersedih tanpa sekejappun merasa kesenangan, begitulah rupanya
kehidupan itu seperti anak-anak main layangan; adakalanya melayang tinggi
keawan dan pada waktu yang lain tersungkur ketanah. Menghadapi kondisi seperti itu
adakalanya masing-masing orang berbeda mensikapinya, ada yang secara bijak dan
dengan hati yang tenang dapat melalui segala bentuk keadaan dengan selamat,
tapi banyak juga manusia yang tidak manpu mengendalikan dirinya menghadapi
situasi yang tidak disukainya, orang-orang seperti ini yang banyak tersesat
dalam hidup ini.
Banyak kasus bunuh diri maupun
stress yang terjadi ditengah masyarakat karena keresahan yang dialaminya akibat
kondisi yang dihadapi tidak sesuai dengan yang diinginkan. Beberapa waktu yang
lalu kita dikejutkan seorang Kapolsek di Kota Padang Sumbar menembakkan peluru
kemulutnya sehingga tembus ke belakang kepalanya, bukan sekali itu saja aparat
penegak hukum kita bunuh diri dengan senjata yang seharusnya digunakan untuk
menjaga keamanan masyarakat dari gangguan penjahat. Hari-hari belakangan ini
kita semakin sering mendengar atau melihat dampak dari pesta demokrasi
pemilihan umum legislative, ada caleg yang tidak mendapatkan suara sesuai yang
diharapkannya untuk dapat menduduki
kursi parlemen menjadi terganggu kenyamanan akalnya, gelisah hatinya, takut dia
menjadi miskin karena hartanya terkuras dalam proses pencalegannya, malu karena
ternyata dia tidak mendapatkan
kepercayaan dari masyarakat bahkan dari orang-orang sekampungnya sekalipun,
keadaan ini yang menyebabkan rumah sakit jiwa mendapatkan tambahan pasien yang
signifikan dan bahkan diantaranya mengambil jalan pintas menuju neraka dengan
melakukan bunuh diri.
Kesesatan manusia dimulai
ketika dia tidak mampu mengendalikan kehendaknya, ada dua hal yang paling
banyak berpengaruh terhadap prilaku seseorang yaitu; Pertama adalah keinginan
menyenangkan anak ( keluarga). Allah swt mengingatkan bahwa keluarga
yang merupakan tempat setiap orang curhat dan menemukan kedamaian, jika tidak mampu dijaga keharmonisannya akan
menjadi cobaan dan mendatangkan malapetaka, ketidak harmonisan rumah tangga
sumber pertengkaran yang menyebabkan keresahan, jika situasi ini berlaku dalam
waktu yang lama menyebakan frustrasi dan putus asa. Kedua adalah harta,
kecintaan terhadap harta menyebabkan manusia mencurahkan setiap potensi yang
dimilikinya untuk mendapatkan dan mengumpulkan harta sebanyak-banyak, cinta
terhadap harta menyebabkan manusia lupa bahwa sesungguhnya tujuan hidup manusia
itu bukanlah harta, harta hanyalah kenikmatan sementara dan relative sifatnya,
tujuan hidup yang hakiki adalah mendapatkan ridha Allah melalui penghambaan (
ibadah ) kita kepada Allah swt. Harta yang Allah berikan sebagai rezki adalah
merupakan sebuah cobaan, Rasulullah saw dalam sebuah haditsnya bersabda: “Likulli ummatin fitnatun, wainna fitnata
ummatii almaalu……………………….. Setiap ummat mempunyai cobaan, dan sesungguhnya
cobaan umatku ialah harta benda” ( HR.Tirmidzi, Hakim dan
Ahmad).
Begitu besarnya pengaruh harta terhadap
manusia, Allah SWT ingatkan agar manusia jangan terpedaya dan jangan silau
karena harta, jangan sekali-kali harta dijadikan tujuan hidup, ketika harta
merupakan tujuan hidup apapun akan dilakukan untuk mendapatkannya, dan ketika
harta itu lepas dari tangannya bayang-bayang kemiskinan menakutkannya,
kebiasaan hidup mewah yang tidak mungkin dapat dilakukan lagi telah jadi beban
berat, inilah yang menyebabkan banyaknya peminat rumah sakit jiwa. Rasulullah saw mengatakan bahwa cobaan bagi
umatnya adalah harta, manakala gagal memposisikan harta sebagai alat untuk menjalani
kehidupan yang layak, maka manusia tersebut akan terjerumus pada kesesatan,
oleh karena itu hendaklah manfaatkan harta untuk memenuhi kebutuhan hidup layak,
gunakan harta sebagai sarana untuk mengumpulkan bekal bagi kehidupan akhirat
yang abadi.
Ambisi kekuasaan juga fitnah, bayangan
enaknya berkuasa kadang-kadang menjadikan orang melupakan akal sehatnya, mereka
seakan melayang diangkasa dan tidak lagi berpijak di bumi. Rasulullah saw
bersabda: “Yaa ‘abdurrahmanibni samurata: laa tasalilimarata fainnaka
inuutiitahaa ‘anmasalatin wukkilta ilaihaa wain uutiitaha ‘an ghoiri masalatin
u’inta ‘alaihaa”…………….Rasulullah saw berkata kepada Abdurrahman bin Samurah,
“Wahai Abdurrahman bin Samurah, jangan engkau menuntut suatu jabatan. Sesungguhnya
jika diberi karena ambisimu maka kamu akan menanggung seluruh bebannya. Tetapi
jika ditugaskan tanpa ambisimu maka kamu akan ditolong mengatasinya.” ( HR.
Bukhari dan Muslim ).
Bercermin dan mengambil
pelajaran dari peristiwa-peristiwa tragis yang menimpa sebagian saudara kita
yang tidak secara tepat merespon keadaan yang dialaminya. Maka hendaklah selalu
dekatkan diri pada Allah, pupuk dan pelihara iman, ikhlaskan ibadah dan
waspadalah terhadap cobaan kerakuasan terhadap harta dan haus kekuasaan yang membutakan mata hati,
sehingga hidup bagai dalam kegelapan yang tiada taranya ketika harta dan
kekuasaan lepas dari genggaman. Wallahu a’lam.
By : Ir. Fauzi Luthan
No comments:
Post a Comment