DEWI SINTA adalah putri Prabu Janaka, raja negara Mantili atau Mitila (Mahabharata). Dewi Sinta diyakini sebagai titisan Bathari Sri Widowati, istri Bathara Wisnu. Selain sangat cantik, Dewi Sinta merupakan putri yang sangat setia, jatmika (selalu dengan sopan santun) dan suci trilaksita (ucapan, pikiran dan hati)nya. Dewi Sinta menikah dengan Rama Wijaya ( titisan dewa Wisnu), putra Prabu Dasarata dengan Dewi Kusalya dari negara Ayodya, setelah Rama memenangkan sayembara mengangkat busur Dewa Siwa di negara Mantili. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh dua orang putra masing-masing bernama; Lawa dan Kusya.
Tentulah menikah dengan seorang titisan dewa Wisnu adalah hal yang luar biasa yang di alami oleh Sinta, namun hal-hal luar biasa tersebut tidaklah selalu menyenangkan. Suami Sinta, Rama, adalah suami yang setia, berbudi luhur, bijaksana, santun dalam berucap, memiliki ilmu yang hebat,berpendirian teguh dan juga calon Raja dari kerajaan Ayodya justru harus di buang dari kerajaan dan memberikan posisi putra Mahkota kepada adiknya yang bernama Raden Bharata. Ada kesedihan yang dalam di hati Sinta melihat suaminya harus melakukan masa pembuangan selama 13 tahun. Merasa dirinya adalah milik Rama sepenuhnya, dengan tulus hati Sinta ikut dalam pembuangannya bersama Rama, walau sebenarnya Rama kurang berkenan dalam hal ini, tapi Shinta memaksa ikut karena cintanya yang besar terhadap Rama.
Dengan setia Dewi Sinta mengikuti suaminya, Ramawijaya menjalani pengasingan. Masa pengasingan tentulah harus mengalami banyak rintangan dan halangan, seperti menghadapi hutan-hutan yang tidak terketahui rimbanya. Namun, Sinta tidak pernah berkeluh kesah atau bermanja-manja dalam menemani Rama yang harus menghadapi masa pengasingan. Baginya, selama dirinya bersama Rama dia selalu merasa bahagia dan nyaman walau harus menahan rasa takut yang luar biasa saat menghadapi banyak rintangan atau musuh-musuh yang harus di hadapi oleh Rama dan Lesmana adiknya.
Sinta meminta kepada Rama untuk di tangkapkan seekor Kijang Kencana, yang tampak jinak saat itu karena ia terpesona oleh keindahan Kijang Kencana penjelmaan Ditya Marica. Saat mengetahui suaminya tidak lekas kembali, ia meminta Lesmana untuk menyusul Rama, tapi Lesmana memegang teguh janjinya pada Rama untuk tetap menjaga dan melindungi Sinta selama Rama tidak ada. Sinta sudah begitu cemas, dan kesal karena Lesmana tidak mau menyusul Rama, hingga keluarlah ucapan tajam dari Sinta bahwa Lesmana tidak mau menyusul Rama karena berharap Rama mati dan Lesmana bisa menikahinya. Ucapan Sinta membuat Lesmana terkejut akan ucapannya itu, segera ia pergi mencari Rama untuk membuktikan bahwa ucapan Sinta adalah tidak benar dan tidak pernah terfikir olehnya. Di berikannya Sinta lingkaran perlindungan oleh Lesmana, dan Lesmana sudah meminta Sinta untuk tidak pernah keluar dari lingkaran itu. Tapi apalah daya, Sinta yang berbudi luhur dan baik itu itu tidak sadar telah keluar lingkaran saat ingin memberikan sedekah kepada pengemis yang ternyata adalah Rahwana.
Selama masa penculikan, Sinta selalu bersedih hati merindukan suaminya. Ia menyesali semua yang pernah ia lakukan. Cintanya pada Rama pun tidak pernah hilang sampai kapanpun meski Rahwana berkali-kali merayu dan menghina tentang Rama. Sinta tetap berpegang teguh untuk mencintai Rama Wijaya. Tak pernah sedikitpun ia mencoba untuk melupakan Rama, karena baginya Rama adalah suami dimana seharusnya Sinta mengabdi.
Tokoh di atas memiliki karakter dan sifat-sifat yang bias diambil hikmahnya dalam kehidupan kita. Banyak nilai-nilai yang dapat diambil dan dipelajari:
1. Nilai kesetiaan.
Nilai kesetiaan pada Dewi Shinta sangat jelas. Dia rela menderita dengan ikut Rama hidup di hutan. Juga ketika dalam cengkeraman Raja Dasamuka yang ingin memperistrinya, ia tak bergeming sedikit pun walaupun diiming-imingi berbagai hal. Selain kesetiaan hal ini juga menunjukkan kesucian hatinya.
2. Nilai kepatuhan.
Kepatuhan memiliki nilai tinggi (dihargai dan dihormati) buat orang yang menjalankannya, karena menjadi tolok ukur tentang kehormatan, harga diri dan kepahlawanan seseorang. Dewi Shinta patuh ketika menerima nsehat ayahnya untuk mengadakan sayembara memilih suami.
3. Nilai kepemilikan.
Memiliki sesuatu itu (misal rumah, gelar, istri/suami) ada aturan atau undang-undangnya. Artinya siapapun yang memiliki sesuatu keberadaannya dilindungi undang-undang. Rama yang telah memiliki Shinta tidak dapat diganggu gugat. Shinta yang telah “dimiliki” Rama (sebagai suami) pun berusaha menjaga nilai kepemilikan tersebut.
No comments:
Post a Comment