Wednesday, March 16, 2011

KEMISKINAN dan KESENJANGAN PENDAPATAN


BAB I
PENDAHULUAN

            Kemiskinan menjadi salah satu masalah di Indonesia sejak dulu hingga sekarang apalagi sejak mengalami krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997. Kemiskinan seringkali dipahami sebagai gejala rendahnya tingkat kesejahteraan semata padahal kemiskinan merupakan gejala yang bersifat komplek dan multidimensi. Rendahnya tingkat kehidupan sering diukur sebagai alat kemiskinan yang pada hakekatnya merupakan salah satu mata rantai dari munculnya lingkaran kemiskinan.
            Beban kemiskinan paling besar terletak pada kelompok-kelompok tertentu saja. Kaum perempuan yang sering menanggung beban hidup yang lebih berat daripada kaum pria, anak-anak yang menderita akibat kualitas hidup masa depan mereka yang terancam oleh kekurangan gizi, rendahnya tingkat kesehatan dan pendidikan serta keterbelakangan dalam banyak hal, merupakan sebagian kecil kelompok yang terbebani oleh kemiskinan.
            Adanya kesenjangan pendapatan atau terjadinya ketimpangan distribusi pendapatan juga menjadi salah satu faktor penentu kesejahteraan hidup masyarakat di suatu negara tertentu. Terdapat perbedaan yang sangat jelas antara tenaga kerja yang mendapat bayaran tertinggi dan terendah. Yang kaya semakin kaya dan yang miskinpun semakin miskin.
            Berbagai upaya dan kebijakan pembangunan telah dilakukan pemerintah selama ini terutama untuk memberikan peluang pada masyarakat miskin untuk meningkatkan kesejahteraan. Namun usaha tersebut belum terlaksana secara maksimal dan dampaknya tidak terlalu tampak, bahkan hingga saat ini pun masyarakat yang miskin semakin menyemut.

BAB II
KEMISKINAN

            Masalah kemiskinan memang telah lama ada sejak dahulu kala. Pada masa lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin dalam bentuk minimnya kemudahan dan materi. Dari ukuran kehidupan modern pada masa kini, mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dan kemudahan-kemudahan lainnya yang tersedia pada jaman modern.
            Kemiskinan sebagai suatu penyakit sosial ekonomi tidak hanya dialami oleh negara-negara berkembang, tetapi juga negara-negara maju, seperti Inggris dan Amerika Serikat.
Kemiskinan  adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
  • Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
  • Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
  • Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.

Kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi :
·         Kemiskinan alamiah
Dapat terjadi akibat sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah, dan bencana alam
·         Kemiskinan karena buatan
Terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di dalam masyarakat membuat sebagian anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia, hingga mereka menjadi tetap miskin.

Aspek-aspek penyebab terjadinya kemiskinan :
·         Aspek sosial
Akibat terbatasnya interaksi sosial dan penguasaan informasi
·         Aspek ekonomi
Tampak pada terbatasnya pemilikan alat distribusi, upah kecil, daya tawar rendah, tabungan nihil, dan lemah mengantisipasi peluang
·         Aspek psikologi
Terjadi akibat timbulnya rasa rendah diri, fatalisme, malas, dan rasa terisolir.
·         Aspek Politik
Berkaitan dengan kecilnya akses terhadap berbagai fasilitas dan kesempatan, diskriminatif, posisi lemah dalam mengambil keputusan.

Katagori Kemisikinan :
·         Kemiskinan Absolut
Apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untak memenuhi kebutuhan hidup minimum: pangan, sandang, kesehatan, papan, pendidikan
·         Kemiskinan Relatif
Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya
·         Kemiskinan Kultural
Sedang miskin kultural berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari fihak lain yang membantunya.

Banyak pendapat di kalangan pakar ekonomi mengenai definisi dan klasifikasi kemiskinan ini. Dalam bukunya The Affluent Society, John Kenneth Galbraith melihat kemiskinan di Amerika Serikat terdiri dari tiga macam, yakni kemiskinan umum, kemiskinan kepulauan, dan kemiskinan kasus. Pakar ekonomi lainnya melihat secara global, yakni kemiskinan massal/kolektif, kemiskinan musiman (cyclical), dan kemiskinan individu.
Kemiskinan kolektif dapat terjadi pada suatu daerah atau negara yang mengalami kekurangan pangan. Kebodohan dan eksploitasi manusia dinilai sebagai penyebab keadaan itu. Kemiskinan musiman atau periodik dapat terjadi manakala daya beli masyarakat menurun atau rendah. Misalnya sebagaimana, sekarang terjadi di Indonesia. Sedangkan, kemiskinan individu dapat terjadi pada setiap orang, terutama kaum cacat fisik atau mental, anak-anak yatim, kelompok lanjut usia.
Garis kemiskinan merupakan ukuran rata-rata kemampuan masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum. Melalui pendekatan sosial masih sulit mengukur garis kemiskinan masyarakat, tetapi dari indikator ekonomi secara teoritis dapat dihitung dengan menggunakan tiga pendekatan, yaitu pendekatan produksi, pendapatan, dan pengeluaran. Sementara ini yang dilakukan Biro Pusat Statistik (BPS) untuk menarik garis kemiskinan adalah pendekatan pengeluaran.

Penyebab kemiskinan
Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:
  • penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin;
  • penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga;
  • penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar;
  • penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi;
  • penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.

Meskipun diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah sebagai akibat dari kemalasan, namun di Amerika Serikat (negara terkaya per kapita di dunia) misalnya memiliki jutaan masyarakat yang diistilahkan sebagai pekerja miskin ; yaitu, orang yang tidak sejahtera atau rencana bantuan publik, namun masih gagal melewati atas garis kemiskinan
Kemiskinan, menurut Sharp et al., dapat disebabkan oleh ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya, perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia dan disebabkan oleh perbedaan akses dalam modal. Sedangkan lingkaran setan kemiskinan versi Nurkse sangat relevan dalam menjelaskan fenomena kemiskinan yang terjadi di negara-negara terbelakang. Menurutnya negara miskin itu miskin karena dia miskin (a poor country is poor because it is poor).
Menurut Thorbecke, kemiskinan dapat lebih cepat tumbuh di perkotaan dibandingkan dengan perdesaan karena, pertama, krisis cenderung memberi pengaruh terburuk kepada beberapa sektor ekonomi utama di wilayah perkotaan, seperti konstruksi, perdagangan dan perbankan yang membawa dampak negatif terhadap pengangguran di perkotaan; kedua, penduduk pedesaan dapat memenuhi tingkat subsistensi dari produksi mereka sendiri. Hasil studi atas 100 desa yang dilakukan oleh SMERU Research Institute memperlihatkan bahwa pertumbuhan belum tentu dapat menanggulangi kemiskinan, namun perlu pertumbuhan yang keberlanjutan dan distribusi yang lebih merata serta kemudahan akses bagi rakyat miskin.

Strategi Penanggulangan kemiskinan
  • Bantuan kemiskinan, atau membantu secara langsung kepada orang miskin. Ini telah menjadi bagian pendekatan dari masyarakat Eropa sejak zaman pertengahan.
  • Bantuan terhadap keadaan individu. Banyak macam kebijakan yang dijalankan untuk mengubah situasi orang miskin berdasarkan perorangan, termasuk hukuman, pendidikan, kerja sosial, pencarian kerja, dan lain-lain.
  • Persiapan bagi yang lemah. Daripada memberikan bantuan secara langsung kepada orang miskin, banyak negara sejahtera menyediakan bantuan untuk orang yang dikategorikan sebagai orang yang lebih mungkin miskin, seperti orang tua atau orang dengan ketidakmampuan, atau keadaan yang membuat orang miskin, seperti kebutuhan akan perawatan kesehatan.
  • Meningkatkan keterampilan sumber daya manusia, penambahan modal investasi, dan mengembangkan teknologi.
  • Menjalankan program penanggulangan kemiskinan, seperti di Amerika Serikat, yang mengarah pada usaha untuk meningkatkan kerja sama ekonomi antar negara bagian, memperbaiki kondisi pemukiman perkotaan dan perdesaan, perluasan kesempatan pendidikan dan kerja untuk para pemuda, penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan bagi orang dewasa, dan pemberian bantuan kepada kaum miskin usia lanjut. Selain program pemerintah, juga kalangan masyarakat ikut terlibat membantu kaum miskin melalui organisasi kemasyarakatan, gereja, dan lain sebagainya.
  • Di Indonesia, program-program penanggulangan kemiskinan sudah banyak pula dilaksanakan, seperti : pengembangan desa tertinggal, perbaikan kampung, gerakan terpadu pengentasan kemiskinan
  • Di Jepang, solusi yang diterapkan adalah dengan menerapkan pajak langsung yang progresif atas tanah dan terbatas pada rumah tangga petani pada lapisan pendapatan yang tinggi
  • Cina melakukannya melalui pembentukan kerangka kelembagaan perdesaan dengan kerja sama kelompok dan brigades di tingkat daerah yang paling rendah (communes).
  • Solusi pemberantasan kemiskinan di Taiwan melalui mobilisasi sumber daya dari sektor pertanian dengan mengandalkan mekanisme pasar.

BAB III
KESENJANGAN PENDAPATAN

Pembagian pendapatan ditentukan oleh dua unsur: harga yang diperoleh untuk faktor produksi yang ditawarkan dan jumlah faktor produksi yang dimiliki atau dapat ditawarkan.
Jadi, besar kecilnya pendapatan seorang tidak hanya bergantung dari harga atau besarnya balas-jasa yang diperolehnya, tetapi juga dari jumlah dan mutu faktor produksi yang dimiliki oleh berbagai lapisan masyarakat. Apabila pemilikan faktor produksi itu timpang, maka akan menyebabkan terjadinya kesenjangan pendapatan sehingga orang miskin tetap miskin atau yang disebut dengan kemiskinan struktural.

Unsur-unsur penyebab kesenjangan pendapatan
1.      Bakat dan kemampuan orang yang berbeda-beda atau terbagi secara tidak merata. Karena itulah muncul adanya kesenjangan pendapatan berdasarkan keahlian masing-masing orang.
2.     Tingkat pendidikan dan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan sangat mempengaruhi. Kemungkinan untuk mendapatkan harga yang baik atas jasa yang ditawarkan atau pekerjaan yang dilaksanakan.
3.     Struktur ketenagakerjaan juga menunjukan ketimpangan: jumlah dan persentase tenaga kerja ahli teknik dan non-teknik masih sangat sedikit, dibandingkan dengan berjuta-juta manusia di desa maupun di kota yang buta huruf atau hanya mengenyam sekolah dasar atau pendidikan umum.
4.     Pemilikan tanah memperlihatkan ketimpangan yang semakin gawat. Indonesia masih tergolong negara agraris, di mana sebagian besar penduduknyabergantung pada sektor pertanian. Faktor paling dasar untuk usaha pertanian adalah lahan tanah. Besar kecilnya luas tanah yang dimiliki, serta kualitas tanah jelas berpengaruh terhadap tinggi rendahnya penghasilan yang diterima.
5.     Ketimpangan dalam pembagian modal dan harta kekayaan. Yang memiliki modal mempunyai kemungkinan memupuk modal hanyalah tertentu yang kecil saja, selebihnya para tenaga kerja hanya memperoleh sebagian kecil atas jasa yang mereka kerjakan.

Indikator Kesenjangan

1.    Kriteria Bank Dunia
Kesenjangan pendapatan diukur dengan mengurutkan income masyarakat dari paling rendah ke paling tinggi, sehingga income dibagi dalam 3 kategori:
1.      Jumlah proposi yang diterima oleh 40% penduduk lapisan bawah
2.     Jumlah proposi yang diterima 40% penduduk lapisan sedang
3.     Jumlah proposi yang diterima 20% penduduk lapisan tinggi
Berdasarkan katagori di atas dinyatakan tingkat ketimpanga pendapatan sebagai Bank Dunia membuat 3 macam ketimpangan pendapatan, yaitu:
1.      Ketimpangan pendapatan tinggi
2.     Ketimpangan pendapatan sedang
3.     Ketimpangan pendapatan rendah
Dari kriteria Bank Dunia dapat dilihat bahwa penapatan yang diterima oleh lapisan menengah dan lapisan atas tidak diperhatikan. Jadi kalau ada perubahan bagi penerima pendapatan di penduduk lapisan sedang dan tinggi, maka tidak ada perubahan dalam ketimpangan pendapatan. Tetapi cara Bank Dunia ini cukup muah dan praktis.
Bila proposi pendapatan yang diterima oleh 40% lapisan bawah dari total semua pendapatan :
·         < 12% disebut ketimpangan tinggi
·         12-17% disebut ketimpangan sedang
·         > 17% disebut ketimpangan rendah

2.   Gini Ratio
Ukuran ketimpangan pendapatan yang sering dipakai adalah cara menghitung Gini Ratio. Cara ini memperhatikan seluruh lapisan penerima pendapatan, tetapi cara ini agak sulit.
Rumus Gini Ratio:
          GR = 1 å  fi (Yi + Yi 1)
fi          = jumlah (%) penerima pendapatan kelas ke i
Yi         = jumlah kumulatif (%) pendapatan pada kelas ke i
·         Nilai GR terletak antara 0 1
·         Bila GR = 0 , ketimpangan pendapatan merata sempurna, artinya setiap orang menerima pendapatan yang sama dengan yang lainnya
·         Bila GR = 1 , artinya ketimpangan pendapatan timpang sempurna atau pendapatan itu hanya diterima oleh satu orang atau satu kelompok saja.
·         Nilai GR = 0 atau GR = 1 tidak pernah diperoleh di lapangan. Gini Ratio biasanya disertai dengan kurva yang disebut kurva Lorenz
Kriteria ketimpangan berdasarkan Gini Ratio, bila nilai GR :
·         ≥ 80%              : ketimpangan sangat tinggi
·         60 – 79%         : ketimpangan tinggi
·         40 – 59%         : ketimpangan sedang
·         20 – 39%         : ketimpangan rendah
·         < 20%              : ketimpangan sangat rendah

3.   Kurva Lorenz

·         Kurva Lorenz semakin berimpit dengan garis pemerataan sempurna: makin merata
·         Kurva Lorenz semakin jauh dengan garis pemerataan sempurna: makin timpang
·         KG=0, amat merata sekali.
·         KG=1, dist pendapatan hanya dinikmati 1 orang 

BAB IV
KESIMPULAN

        Pada dasarnya konsep kemiskinan dikaitkan dengan perkiraan tingkat income atau pendapatan dan kebutuhan. Kebutahan dibatasi pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar minimum yang memungkinkan seseorang hidup secara layak. Jika tingkat income tidak dapat mencapai kebutuhan minimum maka orang atau keluarga ini disebut miskin. Tinkat income minimum itu merupakan pembatas antara keadaan miskin dan tidak miskin ini sering disebut garis kemiskinan.
            Garis kemiskinan ditentukan oleh kebutuhan minimum yang telah dipengaruhi oleh :
·         Adat/kebiasaan/selera
·         Tingkat pembangunan
·         Iklim/lingkungan/daerah
·         Umur/jenis kelamin/suku
·         Status sosial
Kesenjangan (ketimpangan) pendapatan adalah menggambarkan distribusi pendapatan masyarakat suatu daerah/wilayah pada kurun /waktu tertentu. Kaitan antara kemiskinan dan kesenjangan pendapatan ada beberapa pola yaitu :
1.      Semua anggota masyarakat mempunyai income tinggi (tidak ada miskin) tetapi ketimpangan pendapatannya tinggi
2.    Semua anggota masyarakat mempunyai income tinggi (tidak ada miskin) tetapi ketimpangan pendapatannya rendah.
3.    Semua anggota masyarakat mempunyai income rendah (semuanya miskin) tetapi ketimpangan pendapatannya tinggi
4.    Semua anggota masyarakat mempunyai income rendah (semuanya miskin) tetapi ketimpangan pendapatannya rendah
5.    Tingkat income masyarakat bervariasi (sebagian miskin, sebagian tidak miskin) tetapi ketimpangan pendapatannya tinggi
6.    Tingkat income masyarakat bervariasi (sebagian miskin, sebagian tidak miskin) tetapi ketimpangan pendapatannya rendah
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

            www.google.com
            www.wikipedia.com

No comments:

Post a Comment